Dan berdzikirlah kepada Rabb-mu pada dirimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak menjaharkan suara, pada pagi dan petang, serta janganlah kamu termasuk sebagai orang-orang yang lalai." [Al-A'râf: 205] Dalam ayat yang mulia ini, terdapat sejumlah adab dan etika berkaitan dengan dzikir kepada Allah Ta'âlâ. 2 ) (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya." (Q.S. Al-Mu'minun: 1-2) Artinya: Telah berhasil, berbahagia, dan beruntung orang-orang beriman yang mengerjakan shalat, yang mana di antara karakter mereka ialah, الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ "(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya." ImamAl Ghazali berkata, lalai adalah lawan dari ingat. Karena itu, barang siapa lalai dalam seluruh salatnya, tidaklah mungkin ia mendirikan salat untuk mengingat-Nya. Di sisi lain, Allah SWT berfirman, "Dan janganlah engkau termasuk dalam golongan orang-orang lalai" (QS al-Araf: 205). DalamIslam, ketika seseorang menjadi sangat taat maka mereka akan didoakan oleh para Malaikat, dan inilah orang-orang yang didoakan Malaikat karena ketaatan mereka dalam masalah agama dan tauhid. Ternyata, banyak alasan mengapa orang bisa didoakan oleh malaikat dan kali ini akan kita bahas 7 alasan mengapa seorang manusia hidupnya akan Dalamhadits ini, Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam menganggap orang yang mencuri sesuatu dari shalatnya lebih buruk daripada orang yang mencuri harta. Thuma'nînah dalam shalat itu termasuk salah satu rukun shalat. Shalat tidak dianggap sah tanpa ada thuma'nînah. MenurutM. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah, Ayat puasa dimulai dengan ajakan kepada setiap orang yang memiliki iman, walau seberat apapun. Ia dimulai dengan satu pengantar yang mengundang setiap mukmin untuk sadar akan perlunya melaksanakan ajakan itu. Ia dimulai dengan panggilan mesra, Wahai orang-orang yang beriman. TermasukGolongan Orang Sesat. orang yang meninggalkan shalat termasuk orang yang sesat. Firman Allah berkata Dalam shalat jamaah ada suatu pembelajaran bagi orang-orang jahil, peringatan bagi orang yang lalai dan kemaslahatan yang sangat banyak. Bagaimana pendapat kalian jika shalat jamaah itu tidak disyariatkan, dan tidak mungkin Allah الَّذِينَهُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ. " Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. " (QS. Al-Ma'un: 4-5). Para ulama menerangkan bahwa yang dimaksud "lalai" dalam ayat di atas mencakup tiga bentuk perbuatan, yaitu: 1. Menunda-nunda shalat Lalaidari shalat adalah sesuatu yang tercela sebagaimana jenis yang kedua ini. Adapun lalai dalam shalat artinya lupa gerakan shalatnya, jumlah rakaatnya, atau yang lainnya dari rukun atau kewajiban shalat. Bahkan Nabi shalallâhu 'alayhi wa sallam pernah lupa dalam shalatnya sehingga beliau sujud sahwi untuk menggantikan kekurangan tersebut suratal insyrah dan artinya. King Elementware™ - Surah Al-Insyirah (bahasa Arab:الانشراح, "Kelapangan") adalah surah ke-94 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah serta diturunkan sesudah surah Ad-Duha. Surah Al-Insyirah juga berhubungan dengan surah At-Tin, yaitu Dalam surat Alam OOFqHwu. Shalat merupakan ibadah wajib yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Akan tetapi, pada saat ini banyak sekali orang meninggalkan shalat dengan alasanya kesibukan duniawi. Padahal ada balasan yang sangat pedih bagi orang yang meninggalkannya. Ada beraneka ragam cara orang melaksanakan shalat. Mulai dari mereka yang bersungguh-sungguh, sampai dengan orang-orang lalai dalam mengerjakannya. Bahkan ada di antara mereka yang melaksanakan shalat karena terpaksa melaksanakan shalat karena terpaksa. Ternyata menurut Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi ternyata ada lima pembagian golongan orang yang yang melaksanakan shalat. Golongan tersebut berdasarkan kualitas iman dan takwa seorang muslim. Apa sajakah golongan tersebut? Berikut informasi selengkapnya 1. Golongan Orang yang Lalai dalam ShalatGolongan yang pertama adalah mereka yang lalai dalam shalatnya. Yakni mereka yang melaksanakan shalat akan tetapi tidak sempurna. Bentuknya, tutur Syeikh asal Damaskus ini, “Mereka tidak menyempurnakan wudhu, tidak memelihara waktu, dan tidak menyempurnakan rukun-rukun shalat.” Orangyang termasuk di dalam golongan ini akan ditimpakan siksa oleh Allah SWT. 2. Golongan Orang yang Memelihara Shalat Namun Masih Terpengaruh Bisikan SyetanGolongan yang kedua ini lebih tinggi dibandingkan golongan yang pertama. Memilihara shalatnya seperti wudhu, waktu, dan rukun shalatnya, akan tetapi semua itu tidak memberikan arti apa-apa dalam shalatnya. Sebab ia dipengaruhi oleh gangguan-gangguan syetan sehingga ia melaksanakan shalat dengan gangguan dan pikiran tersebut. Keadaan mereka adalah, “Memelihara hal-hal tersebut wudhu, waktu, dan rukun shalat, tetapi tidak berusaha memerangi bisikan setan di dalam shalat.” 3. Golongan Orang yang Menjaga Waktu Shalat, Batasan, Rukun dan Menyempurnakan WudhuGolongan yang ketiga ditempati oleh mereka yang menjaga waktu shalat, batasan, rukun serta menyempurnakan wudhunya. Orang-orang yang termasuk ke dalam golongan ini akan mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Dalam mengerjakan shalat, mereka juga bersungguh-sungguh dalam memerangi setiap bisikan syetan yang hadir dalam shalatnya. 4. Golongan Orang yang Berhak Memperoleh PahalaGolongan selanjutnya ditempati oleh mereka yang benar-benar berkonsentrasi dalam menegakkan, menyempurnakan dan melengkapi shalat. Golongan ini menyerahkan seluruh hatinya hanya untuk shalat dan beribadah kepada Allah SWT. Mereka tidak hanya menyempurnakan wudhu, perhatian dan menjaga waktu shalat serta menyempurnakan semua rukun-rukunnya saja akan tetapi hati mereka juga sibuk mengingat Allah SWT. Untuk siapapun yang berhasil menempatkan diri mereka ke dalam golongan ini, ia akan mendapatkan pahala. Sesuai dengan tutur Syeikh Ibnu Muflih, “Orang yang keempat ini berhak memperoleh pahala.” 5. Golongan Orang yang diberi Penghargaan oleh Allah Golongan terakhir ditempati oleh sekumpulan orang yang terpilih. Golongan ini merupakan tingkatan tertinggi, Allah SWT memberikan penghargaan kepada mereka dengan di dekatkan kepada-Nya. Orang yang termasuk di dalam golongan ini tidak hanya menyempurnakan wudhu, menyempurnakan rukun-rukun shalat saja. Akan tetapi, hati mereka juga senantiasa sibuk dengan Allah Ta’ala dan mereka gembira karena-Nya. “Jika mereka berdiri untuk shalat,” tutur Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi, “maka Allah Ta’ala berfirman, Angkatlah hijabnya.’” Lanjut beliau menutup penjelasan, “Dan jika mereka menoleh, Allah Ta’ala berfirman, Juntaikan hijabnya.’” Demikianlah informasi mengenai golongan orang-orang yang melaksanakan shalat. Hal ini membuktikan bahwa setiap mereka yang kedudukan orang yang shalat itu berbeda sesuai dengan kualitas iman dan ketakwaannya. SHALAT merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Meninggalkannya akan membawa malapetaka bagi dirinya. Baik itu di dunia maupun di akhirat. Maka, sudah selayaknya jangan berani-berani kita meninggalkan kewajiban yang satu ini. Sebab, apa yang dikatakan oleh Allah dan Rasul-Nya sudah pasti akan terjadi. Memang kini banyak orang yang melaksanakan shalat. Namun, tak sedikit pula orang lalai dalam menjalankan shalatnya. Banyak orang shalat yang hanya untuk menggugurkan kewajiban saja, tanpa melihat sisi baik lainnya dari mengerjakan shalat. Padahal Allah SWT telah berfirman, “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya,” QS. Al-Ma’un 4-5. Lalu, siapakah mereka yang lalai dalam shalat itu? Al-Haafidz Ibnu Katsir rahimahullahu Allah SWT berkata, yang dimaksud orang-orang yang lalai dari shalatnya adalah 1. Orang tersebut menunda shalat dari awal waktunya sehingga selalu mengakhirkan sampai waktu yang terakhir. 2. Orang tersebut tidak melaksanakan rukun dan syarat shalat sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. 3. Orang tersebut tidak khusyu’ dalam shalat dan tidak merenungi makna bacaan shalat. Dan siapa saja yang memiliki salah satu dari ketiga sifat tersebut maka termasuk bagian dari ayat tersebut yakni termasuk orang-orang yang lalai dalam shalatnya. [] Sumber 1001 Siksa Alam Kubur/Karya Ust. Asan Sani ar Rafif/Penerbit Kunci Iman Sebagai fondasi agama, sholat menjadi ibadah terpenting di dalam Islam. Jangankan tidak melakukannya, melalaikannya pun men jadi sebuah pelanggaran. "Maka, celakalah bagi orang-orang yang sholat, yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya."QS al-Maun 4- 5. Dalam menafsirkan ini, Imam Ibnu Katsir menukil salah satu pendapat ulama generasi tabiin, yakni Atha ibnu Dinar. Dia memuji Allah SWT yang telah menyebut lalai dari sholat dan bukan lalai dalam sholat. Mereka lalai karena tidak menunaikannya pada awal waktu. Mereka menangguhkannya sampai akhir waktu terus-menerus sehingga menjadi kebiasaan. Dalam menunaikan sholat, ada kalanya mereka tidak memenuhi rukun-rukun dan persyaratan sesuai dengan apa yang diperintahkan. Kondisi lainnya, mereka melakukan sholat tidak me menuhi rukun-rukun dan persyaratan sesuai dengan apa yang diperintahkan. Adakalanya juga mereka tidak khusyuk dan tidak merenungkan maknanya. Menurut Atha, pengertian lalai dalam ayat tersebut mencakup semua itu. Meski demikian, dia memberi catatan, orang yang menyandang sesuatu dari sifat-sifat tersebut berarti dia mendapat bagian dari apa yang diancam oleh ayat ini. Barang siapa yang menyandang semua sifat tersebut, berarti telah sempurnalah bagiannya. Jadilah dia seorang munafik dalam amal perbuatannya. Salah satu tujuan adanya perintah sholat, yakni untuk mengingat Allah SWT. "Dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku."QS Thaha 14. Imam Al Ghazali berkata, lalai adalah lawan dari ingat. Karena itu, barang siapa lalai dalam seluruh sholatnya, tidaklah mungkin ia mendirikan sholat untuk mengingat-Nya. Di sisi lain, Allah SWT berfirman, "Dan janganlah engkau termasuk dalam golongan orang-orang la lai." QS al-Araf 205. Ayat tersebut bermakna larangan yang memiliki makna lahir sebagai pengharaman. Tak hanya cukup di situ, Allah SWT pun berkata, "Hingga kalian mengerti apa yang kalian katakan." QS an-Nisa 43. Keadaan ini menjadi sebab dilarangnya orang mabuk untuk sholat. Kondisi ini pun berlaku kepada orang-orang yang lalai serta orang yang pikirannya timbul dan tenggelam. Dia selalu waswas dalam sholatnya. Pikirannya dipengaruhi oleh dunia meski berada dalam rukuk dan sujud. Maka dari itu, amat benar per kataan Rasulullah SAW, "Sesungguhnya sholat hanya kemantapan hati dan kerendahan diri." Nabi SAW juga membatasi sabdanya dengan alif dan lam serta dengan kata 'innama'. Mak sud nya, menetapkan dan menguatkan. Begitu juga sabda Rasulullah SAW," Barang siapa sholatnya tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, ia tidaklah bertambah dari Allah kecuali jauhnya." Menurut Imam Al Ghazali, shalatnya orang lalai itu tidak mencegah perbuatan keji dan mungkar. Tidak heran jika Nabi SAW bersabda, "Betapa banyak orang yang melaksanakan sholat, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari sholatnya selain kelelahan dan kepayahan. " Bukankah Nabi SAW juga bersabda, "Tidaklah seorang hamba mendapatkan sesuatu dari sholatnya selain apa yang disadari oleh akalnya." sumber Dialog Jumat